Minggu, 02 Maret 2014

kurikulum dunia pendidikan



Tugas Matakuliah Telaah Kurikulum

KURIKULUM DALAM DUNIA PENDIDIKAN



KELOMPOK I :
1.       Dian Puspita Sari Sirait
2.       Haryati Togatorop
3.       M. Fadhil Al Hakim
4.          Nova Lady Simanjuntak
5.       Wahyu Ramadhani



JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014




1.   Pengertian Dan Konsep Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum berasal dari bahasa latin “curriculae” yaitu jarak yang ditempuh oleh seorang pelari dimulai dari Start sampai Finish dan selanjutnya istilah kurikulum di dipakai dalam dunia pendidikan dengan penegertian jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh siswa yang bertujuan untuk memperoleh iJasah,  kurikulum memang diperuntukkan untuk anak didik.
Berikut adalah defenisi kurikulum menurut para ahli:
Ø  Murry print
Kurikum didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat kurikulum itu terapkan. Kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.

Ø  Romine
Kurikulum mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan pengalaman yang diikuti oleh anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar kelas
Ø  George A. Beauchamp (1986)
Kurikulum adalah dokumen tertulis yang mungkin mengandung banyak bahan, tetapi pada dasarnya itu adalah rencana untuk pendidikan murid selama pendaftaran mereka di sekolah diberikan ".
Ø  Purwadi (2003)
memilah pengertian kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Ø  Zais
1. Kurikulum sebagai program belajar
2. Kurikulum sebagai pelajaran
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang direncanakan
4. Kurikulum sebagai pengalaman di bawah tanggung jawab sekolah
5. Kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis) untuk dilaksanakan

Konsep kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya untuk memperoleh ijasah yang menggambarkan kemampuan yang apabila seorang peserta didik berhasil mendapatkan ijaZah berarti telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum sehingga konsep kurikulum yang seperti ii berorientasi pada isi atau materi pelajaran untuki memastikan siswa paham mata pelajaran biasanya kurikulum ini mengadakan tes hasil belajar.
Kurikulum yang menganggap sebagai rangkaian mata pelajaran haruslah membutuhkan pertimbagan dari Ahli mata pelajaran apa yang harus diberikan,  dan pandangan ini dianggap masi sangat tradisional. Seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangatlah pesat sehingga situasi ini menambah beban sekolah yang adalah institusi pendidikan sekolah tidak hanya dituntut untuk membekali pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman namun juga membekali siswa sesuai dengan minat dan bakatnya, membentuk moral dan kepribadian serta ketrampilan.
Konsep kurikulum diatas mengalami pergeseran tidak hanya serangkaian mata pelajaran yang harus ditmpuh namun lebih ke pendekatan pengalaman belajar siswa dari sekolah maupun dari luar sehingga untuk menentukan langkah konkrit sangatlah sulit dalam proses pengontrolan serta evaluasi kurikulum. Konsep kurikulum ini juga dikemukakan oleh para ahli yaitu Donald E.Orlosky, B.Othanel Smith dan Peter F.Olivia yang mengatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.
Sehingga dapatlah kita katakan bahwa kurikulum mempunyai dua konsep, yaitu: perencanaan pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi pengalaman belajar siswa dalam rangka pengajaran belajar untuk pencapaian tujuan yang diharapkan.


2.     Latarbelakang adanya kurikulum
 Dilihat dari sisi sejarah, istilah kurikulum (curriculum) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa yunani.  Pada awalnya istilah ini digunakan untuk dunia olah raga,  yaitu berupa jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa yunani dahutu kata istilah "kurikulum" digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan lari estafet yang dikenal dalam dunia atletik. Dalam proses lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami perkembangan  sehingga penggunaan istilah ini meluas dan merambah ke dunia pendidikan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kapan istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan. Demikian pula mengenai tokoh  yang berkuasa pada masa itu yang berjasa dalam mengangkat istilah kurikulum ke dunia pendidikan secara meyakinkan belum ditemukan dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Agaknya persoalan ini memerlukan penelitian sejarah kurikulum yang lebih mendalam untuk melihat lebih jauh mengenai sejarah peristilahan-peristilahan kurikulum yang dari awalnya telah berkembang pada masa Yunani (Athena).
            Dari sisi etimologi' kata "kurikulum" (curriculum) terambil dari bahasa latin yang memiliki makna yang sama dengan kata “rarecourse"  (gelanggang perlombaan).  Kata "curriculum" dalam bentuk kata kerja yang dalam bahasa latin dikenal dengan istilah “curere” mengandung arti "menjalankan perlombaan" (running of the race). Sedangkan dari sudut terminologinya, istilah kurikulum digunakan dalam berbagai versi.  Zais menggunakan istilah kurikulum untuk menunjukkan dua hal yang disebutnya sebagai; (1) rencana pendidikan untuk siswa (plan for the education of learners)  dan (2) lapangan studi (field of study).
            Kurikulum sebagai rencana pendidikan untuk siswa biasa disebut sebagai kurikulum untuk suatu sekolah. Kurikulum dalam pengertian ini mencakup mata pelajaran yang tercakup ke dalam lapangan kurikulum (the curriculum field). Adapun kurikulum sebagai lapangan studi (as a field of study) oleh para ahli kurikulum diberi batasan sebagai berikut; (1) studi yang berhubungan dengan struktur substantif dari setiap rnata pelajaran dan (2) prosedur penyelidikan praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur sintaksis (kurikulum). Lebih jelasnya dapat ditegaskan bahwa kurikulum sebagai lapangan studi mencakup : (a) mata pelajaran yang disajikan dalam kurikulum, dan (b) proses-proses mata pelajaran yang berhubungan dengan perubahan dan pengembangan kurikulum.
            Kurikulum sebagai lapangan studi dapat dilihat akarnya pada gerakan pengikut-pengikut Herbart pada akhir abad 19 M. Johan Friedrich Herbart (1776-1841) , seorang filsuf  berkebangsaan Jerman yang mempunyai gagasan-gagasan pendidikan yang cukup luas pengaruhnya dan diterima oleh masyarakat Amerika Serikat pada akhir pertengahan abad 19. Teori-teori Herbart tentang pengajaran dan pembelajaran telah menuntut perhatian serius berbagai kalangan di Amerika untuk melakukan pilihan-pilihan dan pengorganisasian mata pelajaran.
            Gerakan-gerakan dari pengikut Herbart ini berhasil memperlihatkan kesadaran dan minat yang tinggi terhadap isi kurikulum pendidikan di Amerika, yang olehKliebard (1968) sebagaimana dikutip oleh Zais dalam Hasibuan (2010),  menyebutkan bahwa sejak abad ini kurikulum telah menjadi isu pendidikan yang populer di Amerika.
            Dalam perkembangan lebih lanjut, peristiwa-peristiwa penting dalam pendidikan dilakukan oleh sejumlah pihak, sehingga minat untuk membicarakan kurikulum pun semakin tumbuh secara intensif. Apalagi setelah didirikannya suatu komite yang dikenal dengan nama Komite Sepuluh (The Committee of Ten) oleh Presiden Harvard, Charles W. Elliot. Komite ini memberikan laporan pendidikan yang begitu mengagumkan pada tahun 1893. Laporan ini menjadi isu penting pendidikan yang benar-benar menonjol pada tahun tersebut. Selanjutnya untuk dua dekade terakhir, keberadaan komite menjadi lebih kuat karena dapat memberikan pengaruh terhadap berdirinya organisasi yang memberikan perhatian serius terhadap pendidikan.
            Kehadiran organisasi- organisasi ini semakin menunjukkan pentingnya pembicaraan-pembicaraan yang berhubungan dengan persoalan isi dan organisasi kurikulum. Dalam waktu yang sama John Dewey  melakukan pula percobaan-percobaan untuk mengembangkan inovasi di sekolah laboratorium terkenal di Universitas chicago. Kendatipun perhatian yang dipusatkan pada isu kurikulum sudah ada pada saat itu, namun dilihat dari sisi individu yang benar-benar memberikan perhatian khusus kepada kurikulum belum ada pada waktu itu, sehingga pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum pun belum muncul pada waktu itu.
            Pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum baru muncul sesudah tahun 1918, yaitu ketika diterbitkannya buku pertama yang membahas tentang kurikulum olehFranklin Bobbitt, berjudul "The Curriculum". Lahirnya karya di atas menjadi awal munculnya kebutuhan untuk memunculkan tenaga-tenaga spesialis kurikulum yang menjadikan kurikulum sebagai Lapangan studi. Karya Bobbitt kemudian diikuti oleh munculnya karya-karya lain yang berbicara secara khusus dalam bidang kurikulum.
            Beberapa buku kurikulum lainnya diterbitkan oleh para teorisi dan praktisi pendidikan di mana mereka telah berpikir sebagai seorang tenaga spesialis kurikulum. Mereka ini antara lain adalah W.W. Charters dari Universitas Ohio yang menerbitkan buku yang berjudul "Curriculum Construction" (Konstruksi Kurikulum) pada tahun 1923. Demikian juga pada tahun berikutnya, buku berjudul "How Ta Make A Curriculum" merupakan karya besar kedua yang ditulis oleh Bobbitt.
            Dalam tahun 1926 perkumpulan masyarakat nasional (The National Society) Amerika yang bergerak dalam pendidikan menerbitkan buku dalam bentuk review 685 halaman, berisi tinjauan ulang tentang perkembangan kurikulum, dan diberi judul “The Foundation and Technique of Curriculum Construction". Dua dari bagian buku tahunan yang dipublikasikan oleh perkumpulan masyarakat nasional ini, disiapkan oleh sebuah komite yang terdiri dari para sarjana kurikulum. Komite ini diketuai olehHarold Rugg , beranggotakan antara lain : Franklin Bobbitt,  W.W.Charters , danCharles Judd.
            Sejak masa ini kurikulum telah menjadi lapangan studi yang dalam perkembangan lebih lanjut mengalami variasi. Ada yang menyebutnya dengan istilah "Curriculum Conscious” dengan memuat program-program revisi kurikulum dalam sistem sekolah. Denver misalnya dalam tahun 1922 menggulirkan studi kurikulum dengan mengangkat tema "Rencana Perbaikan Kurikulum". Demikian pula St. Louis dalam tahun 1925 menarik perhatian masyarakat nasional Amerika, karena kajian kurikulum yang berhubungan dengan program revisi komprehensif. Kajian ini telah melibatkan beratus-ratus tenaga pengajar dan juga kelompok besar dari tenaga konsultan kurikulum. Proyek ini secara keseluruhan telah berhasil mendorong berkembangnya komunitas pendidikan pada masa-masa selanjutnya.

3.     Cara Mengimplementasikan kurikulum
Implementasi dapat diartikan sebagai pelaksanaan atau penerapan, artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya. Implementasi kurikulum dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah kesia-sian antara rancangan dengan implementasi. Rancangan kurikulum dan implemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk memahami perancangan kurikulum dengan baik dan benar.
Implementasi kurikulum dapat dimaknai sebagai aktualisasi rencana atau konsep kurikulum, proses pembelajaran, realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum, serta implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik. Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami bahwa implementasi kurikulum akan terlihat secara jelas dan nyata dalam proses belajar mengajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat juga dikatakan proses belajar mengajar yang sedanga dijalankan itulah sebagai implementasi kurikulum.
Ada beberapa hal yang menjadi komponen dalam merencanakan implementasi kurikulum, diantaranya adalah:
         Rumusan Tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau yang diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif, sosial, dan aspek lainnya.
          Identifikasi Sumber-sumber, komponen ini memuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survai untuk mengetahui sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual, manusia, masyarakat dan sumber di sekolah yang bersangkutan.
         Peran Pihak-pihak Terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator serta siswa sendiri.
         Pengembangan Kemampuan Profesional, komponen ini memuat perangkat kemampuan yang dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan implementasi kurikulum.
         Penjadwalan Kegiatan Pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi para pelaksanaan untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan partisipasinya dan bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan dan evaluasi.
         Unsur Penunjang, komponen ini memuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang yang berfungsi menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsur penunjang meliputi metode kerja, manusia, perlengkapan, biaya dan waktu yang tersedia. Semua itu harus direncanakan secara seksama.
         Komunikasi, komponen ini direncanakan sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil.
         Monitoring, komponen ini memuat secara rinci dan komperhensif tentang rencana kegiatan monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses pelaksanaan dan tahap akhir pelaksanaan kurikulum, rencanakan secara cermat monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi yang diperlukan.
         Pencatatan dan Pelaporan, komponen ini memuat segala seuatu yang berkenan dengan pencatatan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum. Pencatatan berfungsi ganda yaitu membantu posisi monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum.
         Evaluasi Proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum. Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi, metode evaluasi dan bentuk evaluasi.
         Perbaikan dan Redesain Kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan dilakukan upaya perbaikan atau redesain kurikulum yang hendak dilaksanakan. Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil evaluasi proses.
Kurikulum merupakan elemen strategis dalam sebuah layanan program pendidikan. Ia adalah ’cetak biru’ (blue print) atau acuan bagi segenap pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program. Dalam konteks ini dapatlah dikatakan bahwa kurikulum yang baik semestinya akan menghasilkan proses dan produk pendidikan yang baik. Sebaliknya, kurikulum yang buruk akan membuahkan proses dan hasil pendidikan yang juga jelek.
Persoalannya,  hubungan antara kurikulum (sebagai rencana atau dokumen) dengan proses dan hasil pendidikan (kurikulum sebagai aksi dan produk) tidaklah bersifat linear. Terlalu banyak faktor yang mempengaruhinya. Pertama, sebagai suatu sistem, mutu sebuah kurikulum akan ditentukan oleh proses  perancangan, pengembangan, pelaksanaan, dan evaluasinya. Kedua, secara programatik, kualitas sebuah kurikulum ditentukan oleh kesanggupannya dalam mempertanggungjawabkan berbagai keputusan yang diambil, baik secara keilmuan, moral, sosial, dan praktikal. Ketiga, secara pragmatik, nilai sebuah kurikulum ditentukan oleh kemampuannya dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat mendorong peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, baik oleh peserta didik sendiri maupun oleh masyarakat dan sistem sosial.
Dari perspektif manajemen mutu terpadu (Total Quality Management) —- yang telah lama diterapkan dalam mengelola lembaga pendidikan—– pendidikan adalah jasa layanan. Sebagai sebuah jasa layanan, keberhasilan suatu program pendidikan ditentukan oleh kesanggupannya dalam memenuhi kepuasan pengguna (customer satisfaction). Itu berarti, kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berorientasi akhir pada kebutuhan dan kepuasan pengguna.
4.     Faktor penyebab dan dampak perubahan kurikulum
Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran pendidikan yang diinginkan.sebab kurikulum adalah janyung pendidikan, jika jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan baik.  Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
·         Penyebab dan hambatan terjadinya perubahan kurikulum
Kurikulum akan secara terus menerus mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan yang terjadi ditengah masyarakat, perubahan secara terus menerus itu haruslah di Imbangai dengan perbaikan pendidikan termaksud perbaikan kurikulum, perubahan kurikulum juga sangan dipengaruhi dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan kebutuhan manusia, perubahan kurikulum juga dipengaruhi oleh ekonomi, politik, kebudayaan dengan tujuan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Kurikulum dapat dipandang   sebagai buku atau dokumen yang dijadikan pegangan oleh setiap guru, kurikulum juga dapat disebut sebagai produk pencapaian bagi peserta didik. Kurikulum dapat juga diartikan sebgai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan direvisi sevi secara berkala agar tetap relevan sesuai perkembangan Zaman, kurukulum juga dapat kenyataan yang terjadi didalam kelas, kurikulum dalam arti ini tak mungkin dapat direncanakan sepenuhnya, karna interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal yang spontan yang tak dpat diramalkan sebelumnya.
Dalam hal ini guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pengembang kurikulum dalam kelas itu sendiri, agar kurikulum dapat dipandang sebagai cetusa jiwa pendidika yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai tertinggi dalam rangka pembentukan kelakuan peserta didik, kurikulum ini sangat erat dengan kepribadian guru. Kurikulum formal mengubah pedaoman kurikulum relatif lebih terbatas dati pada kurikulum yang ril.
Kurikulum riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, runag olahraga, warung sekolah, tempat bermain, dll. Mengubah kurikulum berarti mengubah semua yang terlibat didalamnya yaitu guru, peserta didik, keala sekolah, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarat umumnya yang berkepentingan dalam urusan sekolah.
·         Jenis-jenis perubahan
Kurikulum pasti mengalami perubahan sesuai perkemnbangn Zaman dan kebutuhan manusia namaun tidak selamanya perubahan bersifat sama, Brikut adalah perubahan kurikulum :
1.      Perubahan kurikulum sebagian
Perubahan kurikulum yang hanya terjadi pada kompenen tertentu saja dan tidak mempengaruhi komponenten yang lain , contohnya, pemanbahan satu mata pelajaran tidak akan mempengaruhi metode mengajar.
2.      Perubahan menyeluruh
Perubahan keseluruhan sistem kurikulum mengalami perubahan yang tergambar jelas dalam tujuannya .
·        Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum
Bebasnya sejuamlah wilayah tertentu didunia, dalam kekuasaan kaum kolonialis dan merdekanya negara-negara tersebut mereka menyadari bahwa selama ini mereka dibina dalam pendidikan yang tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional untuk itumereka mulia merencanakan memnaggadakan perubahan yang cukup penting dalam kurikulum dan sisitem pendidikan yang ada, kita dapat melihat perubahan kurikulum mas penjajahan dan masa kemerdekaan semua itu menyesuaikan dengan keadaan jaman dan kebutuhan manusianya.
Perkembangan IPTEK yang pesat disatu pihak berkembangnya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan yang diajarkan disekolah,perkembangan dalam ilmu pengetahuan psikologi komunikasi dan lain-lain menghasilkan cara-cara baru dalam peoses belajar-mengajar. Pertembuhan yang pesat dari pendidik dunia, dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang dalam dunia pendidikan hal ini menyebabkan bahwa pendekatan yang digunakan selama ini dalam pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalua perlu di ubah untuk memenuhi kebutuhan akan pendidikan yang besar, tujan pendidikan dapat berubah secara punda mental bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara merdeka.
·         Kesulitan dalam perubahan kurikulum
Mengadakan pembaharuan memerlukan pemikiran dan tenaga yang lebiha banyak, tidak semua orang bekerja lebih banyak dari pada yang diperlukan bahwa guru=-guru tidak mendapat kesempatan dan wewenang untuk mengadakan perubahan karna pengaturan-pengaturan administratif.  Guru itu hanya diharapkan mengikuti instruksi atasan dalam pembaharuan kurikulum ternyata bahwa mencetus ide-ide lebih mudah dari pada menerapkannya dalam praktek, bersifat kritis terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sangat diperlukan karena pembaharuan bukan hanya sekedar pada mode yang timbul pada suatu saat untuk lenyap lagi dalam waktu yang tidak sama.
·         Strategi kepemimpinan dalam perubahan kurikulum
Strategi yang dimaksud adalah sebuah serangkaian rencana dalam usaha pencapaina tujuan dalam perubahan kurikulum, untuk mengubaha kurikulum dapat di ikutu dengan startegi :
a)      Mengubah seluruh sisitem pendidikan yang hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni deptdikbud karena mempunyai wewenag penuh untuk mengadakan perubahan kurikulum secara total
b)      Mengubah kurikulum tingkat lokal, kurikulum yang nyata, riil yang terdapat dimana guru dan peserta didik itu berada yakni disekolah kususnya dalam kelas, semakin kreatif seorang guru dalam menghadapi permasalahan maka semakin hidup pula hidup pula kurikulum yang di Implementasikan didalam kelas dan begitu sebaliknya, pelaksaan kurilukulum didalam kelas terhadap peserta didik yang berbada oleh karena itu guru dituntut untuk memmiliki pengalaman dan wawasan yng luas untuk merangkul semua peserta didik ddan menyesuaikan diri dengan mudah.
c)      Memberika pendidikan inservice dan pengembangan staf
Inservica training dianggap lebih formal dengan rencana yang lebih ketata dan dilaksakan atas intruksi atasan, pengembangan staf lebih tak formal, lebih bebas dangan penyesuainay terhadap guru, mis: dapat disuruh mengobservasi dan menilai dirinya mengajar yan telah dividio tape, apa yang dipelajar dalam inservice dan pengemabnagn staf  handaknya dipraktekkan.
d). Super visi, tujuannya untuk membantu guru menadakan perbaikan dalam pengajaran,              supervisi adalah memberi pelayanan kepada guru untuk memperoleh proses belajar-mengajar yang lebih efektif, apabila dirasa perlau maka pengawasa sekola dapat memberi demonstrasi bagaimana caranya mempraktekkan
e.) reoeganisasi sekolah,reoerganisasi diadakan manakala sekolah itu ingin merombak seluruh car mendidik disekolah itu dengan menerima cara yang baru sama sekali, hal ini bisa terjadi bila sekolah akan menjalankan tim teaching non grading metode unit, open school dan lain sebagainya
f). Eksperimentasi dan penilaian, kemajuan komunikasi dan transportasi membuka pendidikan kita bagi berbagai pengaruh dibagian lain didunia ini, ciri khusus kemajuan ialah perubahan dan perbaikan pendidikan disekolah, mencobakan metode atau bahan baru.pada dasarnya setiap kurikulum baru diuji sebelum disebarkan disemua sekolah, resiko perubahan kurikulum baru tanpa uji coba sangat besar resikonya dpata memnghambutkan tanaga dan biaya banyak tanpa jaminan bahwa pembaharuan itu akan membawa perbaikan sehingga sebelum semuanya terlanjur dan menyita banyak waktu, tenaga, dan juga materi sebaiknya kurikulum yang akan diterapkan diperlukan adanya ujicoba terlebih dahulu.
5.     Peranan Kurikulum Dalam Mengembangkan Pendidikan Berkarakter  Untuk Peserta Didik
Dalam praktek pendidikan nasional dewasa ini, terdapat distorsi antara cita-cita pendidikan nasional dengan realitas sosial yang terjadi. Berbagai fenomena nasional menunjukkan gejala-gejala yang  mengkhawatirkan terkait dengan karakter generasi dan elit bangsa. Hal yang lebih mengkhawatir lagi adalah bahwa anomali karakter bangsa tersebut tidak sedikit yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan itu sendiri, bahkan dilakukan oleh oknum pelaku pendidikan. Fenomena yang mengkhawatirkan tersebut diantaranya dapat kita simak dari berita yang dipublikasikan berbagai media seringkali membuat kita miris mendengarnya, perkelahian (sisiwa-siswa, siswa guru, anak orang tua, siswa kepala sekolah), pergaulan bebas, siswa dan mahasiswa terlibat kasus narkoba, remaja usia sekolah yang melakukan perbuatan amoral, kebut-kebutan di jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah, menjamurnya geng motor yang beranggotakan remaja usia sekolah, siswa bermain di pusat perbelanjaan pada saat jam pelajaran . 
Indikator lain yang menunjukkan adanya gejala rusaknya karakter generasi bangsa bisa dilihat dari praktek sopan santun siswa yang kini sudah mulai memudar, diantaranya dapat dilihat dari cara berbicara sesama mereka, prilakunya terhadap guru dan orangtua, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat, kata-kata kotor yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak seusianya seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap guru ketika bertemu dan penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya sudah menjadi sesuatu yang sulit ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini. Anak-anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa yang jauh dari tatanan nilai budaya masyarakat. Bahasa yang kerap digunakan tidak lagi menjadi ciri dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi etika dan ke lemah lembutan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum  memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada guna menunjang pengembangkan potensi peserta didik menuju terbentuknya peserta didik yang cerdas otaknya,  lembut hatinya,  dan terampil tangannya dalam hal-hal yang positi . Kurikulum juga harus disusun dengan memperhatiukan aspek gejala sosial yang berkembang (kontekstual), sehingga rancangan kurikulum memberikan dampak bagi penyelesaian masalah-masalah yang berkembang di masyarakat seperti masalah ruksaknya karakter bangsa sebagaimana diuraikan pada bagian pendahuluan.

Pendidikan karakter termasuk dalam sebuah pedagogi yang memberikan penekanan pada nilai-nilai idealisme. Ia termasuk dalam pedagogi idealis. Dalam perjalanan waktu, pedagogi yang sifatnya idealis ini pun memberikan penekanan yang berbeda, terutama berkaitan dengan unsur nilai-nilai yang menjadi agen pengubahan sejarah. Pendidikan karakter sebagai sebuah pandangan pedagogi memberikan tiga matra penting setiap tindakan edukatif maupun campur tangan internasional bagi sebuah kemajuan pendidikan. Mata ini adalah individu, sosial, dan moral (Doni Koesoema (2007:143) . Oleh karena itu, pembaruan dalam dunia pendidikan, serta penerapan program karakter dalam setiap lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari tiga matra ini, jika pembaruan ini ingin disebut sebagai sebuah pembaruan yang integral.
Pendidikan berbasis karakter apa pun yang diterapkan di dalam sekolah tidak dapat melepaskan diri dari konteksnya yang lebih luas, terlebih struktur-struktur yang mempengaruhi bagaimana seorang individu yang terlibat dalam dunia pendidikan berperan sebagai subjek moral yang aktif.
        Fungsi Kurikulum
Terdapat sejumlah fungsi kurikulum yang dapat dikaji sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian

Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2. Fungsi Integrasi

Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Fungsi Diferensiasi

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan layanan terhadap perbedaan individu siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.
4. Fungsi Persiapan

Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
5. Fungsi Pemilihan
  Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan  minatnya. Fungsi pemilihan ini sangat erat kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
 6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikaharus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan menerima potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada pada dirinya. Maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi yang dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya
Peranan Kurikulum

Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki peranan yang sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan. Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu:
1.         Peranan konservatif: Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana utuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
2.         Peranan kreatif: Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
3.         Peranan kritis dan evaluatif: Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter

Kurikulum dapat dimaknai sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai berikut:
  1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasakan perinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pecapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
  1. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adar istiadat,  status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi koponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dan keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarasubtansi.
  1. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.semangat dan dan isi kurikulum, memberkan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembanan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
  1. Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan  melibatkan pemangku kepentingan (strakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasik di dalamnya kehidupan kemasyarakaran, dunia usaha dalam dunia kerja.
  1. Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsesama jenjang pendidikan.
  1. Belajar sepanjang hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
  1. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.


DAFTAR PUSTAKA

Naba, naeng. “Sejarah dan Asal Usul Kurikulum. 28 februari 2014. http://kangdaengnaba.blogspot.com/2012/08/sejarah-dan-asal-usul-kurikulum.html.

Latifahtul muzamiroh, mida.2013. kupas tuntas kurikulum.jakarta: kata pena

Sanjana, wina.2008.kurikulum dan pembelajaran. Bandung :kencana

Mamalik, oemar.2010.kurikulum dan pembelajaran. Bandung: Bumi Aksara