Tugas Matakuliah Telaah Kurikulum
KURIKULUM DALAM DUNIA PENDIDIKAN
KELOMPOK I :
1.
Dian Puspita Sari Sirait
2.
Haryati Togatorop
3.
M. Fadhil Al Hakim
4.
Nova Lady Simanjuntak
5.
Wahyu Ramadhani
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
1. Pengertian Dan
Konsep Kurikulum Menurut Para Ahli
Kurikulum
berasal dari bahasa latin “curriculae”
yaitu jarak yang ditempuh oleh seorang pelari dimulai dari Start sampai Finish
dan selanjutnya istilah kurikulum di dipakai dalam dunia pendidikan dengan
penegertian jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh siswa yang bertujuan
untuk memperoleh iJasah, kurikulum
memang diperuntukkan untuk anak didik.
Berikut
adalah defenisi kurikulum menurut para ahli:
Ø Murry
print
Kurikum
didefinisikan sebagai semua ruang pembelajaran terencana yang diberikan kepada
siswa oleh lembaga pendidikan dan pengalaman yang dinikmati oleh siswa saat
kurikulum itu terapkan. Kurikulum
adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa
untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Ø
Romine
Kurikulum
mencakup semua temu permbelajaran, aktivitas dan pengalaman yang diikuti oleh
anak didik dengan arahan dari sekolah baik di dalam maupun di luar kelas
Ø
George
A. Beauchamp (1986)
Kurikulum adalah
dokumen tertulis yang mungkin mengandung banyak bahan, tetapi pada dasarnya itu
adalah rencana untuk pendidikan murid selama pendaftaran mereka di sekolah
diberikan ".
Ø
Purwadi
(2003)
memilah pengertian
kurikulum menjadi enam bagian : (1) kurikulum sebagai ide; (2) kurikulum formal
berupa dokumen yang dijadikan sebagai pedoman dan panduan dalam melaksanakan
kurikulum; (3) kurikulum menurut persepsi pengajar; (4) kurikulum operasional
yang dilaksanakan atau dioprasional kan oleh pengajar di kelas; (5) kurikulum
experience yakni kurikulum yang dialami oleh peserta didik; dan (6) kurikulum
yang diperoleh dari penerapan kurikulum.
Ø
Zais
1. Kurikulum sebagai program belajar
2. Kurikulum sebagai pelajaran
3. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang
direncanakan
4. Kurikulum sebagai pengalaman di bawah tanggung
jawab sekolah
5. Kurikulum sebagai suatu rencana (tertulis)
untuk dilaksanakan
Konsep
kurikulum sebagai mata pelajaran sangat erat kaitannya untuk memperoleh ijasah
yang menggambarkan kemampuan yang apabila seorang peserta didik berhasil
mendapatkan ijaZah berarti telah menguasai pelajaran sesuai dengan kurikulum
sehingga konsep kurikulum yang seperti ii berorientasi pada isi atau materi
pelajaran untuki memastikan siswa paham mata pelajaran biasanya kurikulum ini
mengadakan tes hasil belajar.
Kurikulum
yang menganggap sebagai rangkaian mata pelajaran haruslah membutuhkan
pertimbagan dari Ahli mata pelajaran apa yang harus diberikan, dan pandangan ini dianggap masi sangat
tradisional. Seiring berjalannya waktu perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangatlah pesat sehingga situasi ini menambah beban sekolah yang
adalah institusi pendidikan sekolah tidak hanya dituntut untuk membekali
pengetahuan sesuai dengan perkembangan jaman namun juga membekali siswa sesuai
dengan minat dan bakatnya, membentuk moral dan kepribadian serta ketrampilan.
Konsep
kurikulum diatas mengalami pergeseran tidak hanya serangkaian mata pelajaran
yang harus ditmpuh namun lebih ke pendekatan pengalaman belajar siswa dari
sekolah maupun dari luar sehingga untuk menentukan langkah konkrit sangatlah
sulit dalam proses pengontrolan serta evaluasi kurikulum. Konsep kurikulum ini
juga dikemukakan oleh para ahli yaitu Donald E.Orlosky, B.Othanel Smith dan
Peter F.Olivia yang mengatakan bahwa kurikulum pada dasarnya ialah suatu
perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.
Sehingga
dapatlah kita katakan bahwa kurikulum mempunyai dua konsep, yaitu: perencanaan
pembelajaran serta bagaimana perencanaan itu diimplementasikan menjadi
pengalaman belajar siswa dalam rangka pengajaran belajar untuk pencapaian
tujuan yang diharapkan.
2.
Latarbelakang adanya kurikulum
Dilihat dari sisi sejarah, istilah kurikulum
(curriculum) adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa yunani. Pada
awalnya istilah ini digunakan untuk dunia olah raga, yaitu berupa jarak
yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa yunani dahutu kata istilah
"kurikulum" digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui
atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan lari estafet yang dikenal
dalam dunia atletik. Dalam proses lebih lanjut istilah ini ternyata mengalami
perkembangan sehingga penggunaan istilah ini meluas dan merambah ke dunia
pendidikan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kapan istilah kurikulum
masuk ke dunia pendidikan. Demikian pula mengenai tokoh yang berkuasa
pada masa itu yang berjasa dalam mengangkat istilah kurikulum ke dunia
pendidikan secara meyakinkan belum ditemukan dari sumber-sumber yang dapat
dipertanggungjawabkan. Agaknya persoalan ini memerlukan penelitian sejarah
kurikulum yang lebih mendalam untuk melihat lebih jauh mengenai sejarah peristilahan-peristilahan
kurikulum yang dari awalnya telah berkembang pada masa Yunani (Athena).
Dari sisi etimologi' kata "kurikulum" (curriculum) terambil
dari bahasa latin yang memiliki makna yang sama dengan kata “rarecourse"
(gelanggang perlombaan). Kata "curriculum" dalam
bentuk kata kerja yang dalam bahasa latin dikenal dengan istilah “curere”
mengandung arti "menjalankan perlombaan" (running of the race).
Sedangkan dari sudut terminologinya, istilah kurikulum digunakan dalam berbagai
versi. Zais menggunakan istilah kurikulum untuk menunjukkan dua hal yang
disebutnya sebagai; (1) rencana pendidikan untuk siswa (plan for the
education of learners) dan (2) lapangan studi (field of study).
Kurikulum sebagai rencana pendidikan untuk siswa biasa disebut sebagai
kurikulum untuk suatu sekolah. Kurikulum dalam pengertian ini mencakup mata
pelajaran yang tercakup ke dalam lapangan kurikulum (the curriculum field).
Adapun kurikulum sebagai lapangan studi (as a field of study) oleh para ahli
kurikulum diberi batasan sebagai berikut; (1) studi yang berhubungan dengan
struktur substantif dari setiap rnata pelajaran dan (2) prosedur penyelidikan
praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur sintaksis (kurikulum). Lebih
jelasnya dapat ditegaskan bahwa kurikulum sebagai lapangan studi mencakup : (a)
mata pelajaran yang disajikan dalam kurikulum, dan (b) proses-proses mata
pelajaran yang berhubungan dengan perubahan dan pengembangan kurikulum.
Kurikulum sebagai lapangan studi dapat dilihat akarnya pada gerakan
pengikut-pengikut Herbart pada akhir abad 19 M. Johan
Friedrich Herbart (1776-1841) , seorang filsuf berkebangsaan
Jerman yang mempunyai gagasan-gagasan pendidikan yang cukup luas pengaruhnya
dan diterima oleh masyarakat Amerika Serikat pada akhir pertengahan abad 19.
Teori-teori Herbart tentang pengajaran dan pembelajaran telah menuntut
perhatian serius berbagai kalangan di Amerika untuk melakukan pilihan-pilihan
dan pengorganisasian mata pelajaran.
Gerakan-gerakan dari pengikut Herbart ini berhasil memperlihatkan kesadaran dan
minat yang tinggi terhadap isi kurikulum pendidikan di Amerika, yang olehKliebard (1968)
sebagaimana dikutip oleh Zais dalam Hasibuan (2010), menyebutkan bahwa
sejak abad ini kurikulum telah menjadi isu pendidikan yang populer di Amerika.
Dalam perkembangan lebih lanjut, peristiwa-peristiwa penting dalam pendidikan
dilakukan oleh sejumlah pihak, sehingga minat untuk membicarakan kurikulum pun
semakin tumbuh secara intensif. Apalagi setelah didirikannya suatu komite yang
dikenal dengan nama Komite Sepuluh (The Committee of Ten) oleh Presiden
Harvard, Charles W. Elliot. Komite ini memberikan laporan
pendidikan yang begitu mengagumkan pada tahun 1893. Laporan ini menjadi isu
penting pendidikan yang benar-benar menonjol pada tahun tersebut. Selanjutnya
untuk dua dekade terakhir, keberadaan komite menjadi lebih kuat karena dapat
memberikan pengaruh terhadap berdirinya organisasi yang memberikan perhatian
serius terhadap pendidikan.
Kehadiran organisasi- organisasi ini semakin menunjukkan pentingnya
pembicaraan-pembicaraan yang berhubungan dengan persoalan isi dan organisasi
kurikulum. Dalam waktu yang sama John Dewey melakukan
pula percobaan-percobaan untuk mengembangkan inovasi di sekolah laboratorium
terkenal di Universitas chicago. Kendatipun perhatian yang dipusatkan pada isu
kurikulum sudah ada pada saat itu, namun dilihat dari sisi individu yang
benar-benar memberikan perhatian khusus kepada kurikulum belum ada pada waktu
itu, sehingga pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum pun belum muncul
pada waktu itu.
Pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum baru muncul sesudah tahun 1918,
yaitu ketika diterbitkannya buku pertama yang membahas tentang kurikulum olehFranklin
Bobbitt, berjudul "The Curriculum". Lahirnya karya di atas
menjadi awal munculnya kebutuhan untuk memunculkan tenaga-tenaga spesialis
kurikulum yang menjadikan kurikulum sebagai Lapangan studi. Karya Bobbitt
kemudian diikuti oleh munculnya karya-karya lain yang berbicara secara khusus
dalam bidang kurikulum.
Beberapa buku kurikulum lainnya diterbitkan oleh para teorisi dan praktisi
pendidikan di mana mereka telah berpikir sebagai seorang tenaga spesialis
kurikulum. Mereka ini antara lain adalah W.W. Charters dari
Universitas Ohio yang menerbitkan buku yang berjudul "Curriculum
Construction" (Konstruksi Kurikulum) pada tahun 1923. Demikian juga
pada tahun berikutnya, buku berjudul "How Ta Make A Curriculum"
merupakan karya besar kedua yang ditulis oleh Bobbitt.
Dalam tahun 1926 perkumpulan masyarakat nasional (The National Society)
Amerika yang bergerak dalam pendidikan menerbitkan buku dalam bentuk review 685
halaman, berisi tinjauan ulang tentang perkembangan kurikulum, dan diberi judul
“The Foundation and Technique of Curriculum Construction". Dua dari
bagian buku tahunan yang dipublikasikan oleh perkumpulan masyarakat nasional
ini, disiapkan oleh sebuah komite yang terdiri dari para sarjana kurikulum. Komite
ini diketuai olehHarold Rugg , beranggotakan antara lain : Franklin
Bobbitt, W.W.Charters , danCharles Judd.
Sejak masa ini kurikulum telah menjadi lapangan studi yang dalam perkembangan
lebih lanjut mengalami variasi. Ada yang menyebutnya dengan istilah "Curriculum
Conscious” dengan memuat program-program revisi kurikulum dalam sistem
sekolah. Denver misalnya dalam tahun 1922 menggulirkan studi kurikulum dengan
mengangkat tema "Rencana Perbaikan Kurikulum". Demikian pula St.
Louis dalam tahun 1925 menarik perhatian masyarakat nasional Amerika, karena
kajian kurikulum yang berhubungan dengan program revisi komprehensif. Kajian
ini telah melibatkan beratus-ratus tenaga pengajar dan juga kelompok besar dari
tenaga konsultan kurikulum. Proyek ini secara keseluruhan telah berhasil mendorong
berkembangnya komunitas pendidikan pada masa-masa selanjutnya.
3.
Cara Mengimplementasikan kurikulum
Implementasi dapat diartikan sebagai
pelaksanaan atau penerapan, artinya yang dilaksanakan dan diterapkan adalah
kurikulum yang telah dirancang/didesain untuk kemudian dijalankan sepenuhnya.
Implementasi kurikulum dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa yang
telah direncanakan dalam kurikulumnya untuk dijalankan dengan segenap hati
dan keinginan kuat, permasalahan besar akan terjadi apabila yang dilaksanakan
bertolak belakang atau menyimpang dari yang telah dirancang maka terjadilah
kesia-sian antara rancangan dengan implementasi. Rancangan kurikulum dan
implemntasi kurikulum adalah sebuah sistem dan membentuk sebuah garis lurus
dalam hubungannya (konsep linearitas) dalam arti impementasi mencerminkan
rancangan, maka sangat penting sekali pemahaman guru serta aktor lapangan lain
yang terlibat dalam proses belajar mengajar sebagai inti kurikulum untuk
memahami perancangan kurikulum dengan baik dan benar.
Implementasi
kurikulum dapat dimaknai sebagai aktualisasi rencana atau konsep
kurikulum, proses pembelajaran, realisasi ide, nilai dan konsep kurikulum,
serta implementasi kurikulum sebagai proses perubahan perilaku peserta didik.
Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami bahwa implementasi
kurikulum akan terlihat secara jelas dan nyata dalam proses belajar mengajar
itu sendiri sehingga secara langsung dapat juga dikatakan proses belajar
mengajar yang sedanga dijalankan itulah sebagai implementasi kurikulum.
Ada beberapa
hal yang menjadi komponen dalam merencanakan implementasi kurikulum, diantaranya
adalah:
Rumusan
Tujuan, komponen ini membuat rumusan tujuan yang hendak dicapai atau yang
diharapkan tercapai setelah pelaksanaan kurikulum, yang mengandung hasil-hasil
yang hendak dicapai berkenaan dengan aspek-aspek deduktif, administratif,
sosial, dan aspek lainnya.
Identifikasi
Sumber-sumber, komponen ini memuat secara rinci sumber-sumber yang diperlukan
untuk melaksanakan kurikulum. Perlu dilakukan survai untuk mengetahui
sumber-sumber yang digunakan meliputi sumber keterbacaan, sumber audio visual,
manusia, masyarakat dan sumber di sekolah yang bersangkutan.
Peran
Pihak-pihak Terkait, komponen ini memuat tentang unsur-unsur ketenagaan yang
bertindak sebagai pelaksanaan kurikulum, seperti tenaga kerja, supervisor, administrator
serta siswa sendiri.
Pengembangan
Kemampuan Profesional, komponen ini memuat perangkat kemampuan yang
dipersyaratkan bagi masing-masing unsur ketenagaan yang terkait dengan
implementasi kurikulum.
Penjadwalan
Kegiatan Pelaksanaan, komponen ini memuat uraian lengkap dan rinci tentang
jadwal pelaksanaan kurikulum. Penjadwalan ini diperlukan sebagai acuan bagi
para pelaksanaan untuk memudahkan pelaksanaan tugas dan partisipasinya dan
bagi pengelola dapat dijadikan sebagai rujukan untuk pelaksanaan pengontrolan
dan evaluasi.
Unsur
Penunjang, komponen ini memuat uraian lengkap tentang semua unsur penunjang
yang berfungsi menunjang pelaksanaan kurikulum. Unsur penunjang meliputi metode
kerja, manusia, perlengkapan, biaya dan waktu yang tersedia. Semua itu harus
direncanakan secara seksama.
Komunikasi,
komponen ini direncanakan sistem dan prosedur komunikasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan kurikulum. Jika komunikasi berlangsung efektif, maka
penyelenggaraan pembelajaran akan berlangsung dengan lancar dan berhasil.
Monitoring,
komponen ini memuat secara rinci dan komperhensif tentang rencana kegiatan
monitoring sejak awal dimulainya pelaksanaan kurikulum, pada waktu proses
pelaksanaan dan tahap akhir pelaksanaan kurikulum, rencanakan secara cermat
monitoring tersebut, pelaksanaan dan materi yang diperlukan.
Pencatatan
dan Pelaporan, komponen ini memuat segala seuatu yang berkenan dengan
pencatatan data dan informasi dan memuat laporan yang berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum. Pencatatan berfungsi ganda yaitu membantu posisi
monitoring dan membantu prosedur evaluasi pelaksanaan kurikulum.
Evaluasi
Proses, komponen ini memuat rencana evaluasi proses pelaksanaan kurikulum.
Dalam rencana ini digambarkan hal-hal seperti tujuan, fungsi, metode evaluasi
dan bentuk evaluasi.
Perbaikan
dan Redesain Kurikulum, dalam rencana ini perlu diestimasikan kemungkinan
dilakukan upaya perbaikan atau redesain kurikulum yang hendak dilaksanakan.
Perbaikan ini dilakukan atas dasar umpan balik yang bersumber dari hasil
evaluasi proses.
Kurikulum merupakan elemen strategis
dalam sebuah layanan program pendidikan. Ia adalah ’cetak biru’ (blue print)
atau acuan bagi segenap pihak yang terkait dengan penyelenggaraan program.
Dalam konteks ini dapatlah dikatakan bahwa kurikulum yang baik semestinya akan
menghasilkan proses dan produk pendidikan yang baik. Sebaliknya, kurikulum yang
buruk akan membuahkan proses dan hasil pendidikan yang juga jelek.
Persoalannya, hubungan antara
kurikulum (sebagai rencana atau dokumen) dengan proses dan hasil pendidikan
(kurikulum sebagai aksi dan produk) tidaklah bersifat linear. Terlalu banyak
faktor yang mempengaruhinya. Pertama, sebagai suatu sistem, mutu sebuah
kurikulum akan ditentukan oleh proses perancangan, pengembangan,
pelaksanaan, dan evaluasinya. Kedua, secara programatik, kualitas sebuah
kurikulum ditentukan oleh kesanggupannya dalam mempertanggungjawabkan berbagai
keputusan yang diambil, baik secara keilmuan, moral, sosial, dan
praktikal. Ketiga, secara pragmatik, nilai sebuah kurikulum ditentukan
oleh kemampuannya dalam memberikan layanan pendidikan yang dapat mendorong
peserta didik untuk dapat mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, baik oleh
peserta didik sendiri maupun oleh masyarakat dan sistem sosial.
Dari perspektif manajemen mutu terpadu (Total
Quality Management) —- yang telah lama diterapkan dalam mengelola lembaga
pendidikan—– pendidikan adalah jasa layanan. Sebagai sebuah jasa layanan,
keberhasilan suatu program pendidikan ditentukan oleh kesanggupannya dalam
memenuhi kepuasan pengguna (customer satisfaction). Itu berarti,
kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berorientasi akhir pada kebutuhan dan
kepuasan pengguna.
4.
Faktor penyebab dan dampak perubahan kurikulum
Kurikulum
merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Tanpa
kurikulum yang sesuai dan tepat akan sulit untuk mencapai tujuan dan sasaran
pendidikan yang diinginkan.sebab kurikulum adalah janyung pendidikan, jika
jantung itu berfungsi baik maka keseluruhan badan pun akan berfungsi dengan
baik. Dalam sejarah pendidikan di
Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum yang
tujuannya sudah tentu untuk menyesuaikannya dengan perkembangan dan kemajuan
zaman, guna mencapai hasil yang maksimal.
Perubahan
kurikulum didasari pada kesadaran bahwa perkembangan dan perubahan yang terjadi
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak terlepas dari
pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
seni dan budaya. Perubahan secara terus menerus ini menuntut perlunya perbaikan
sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan
masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan.
·
Penyebab
dan hambatan terjadinya perubahan kurikulum
Kurikulum
akan secara terus menerus mengalami perubahan, sesuai dengan perubahan yang
terjadi ditengah masyarakat, perubahan secara terus menerus itu haruslah di
Imbangai dengan perbaikan pendidikan termaksud perbaikan kurikulum, perubahan
kurikulum juga sangan dipengaruhi dengan perkembangan Ilmu pengetahuan dan
kebutuhan manusia, perubahan kurikulum juga dipengaruhi oleh ekonomi, politik,
kebudayaan dengan tujuan untuk kemajuan bangsa dan negara.
Kurikulum
dapat dipandang sebagai buku atau
dokumen yang dijadikan pegangan oleh setiap guru, kurikulum juga dapat disebut
sebagai produk pencapaian bagi peserta didik. Kurikulum dapat juga diartikan
sebgai sesuatu yang hidup dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan direvisi
sevi secara berkala agar tetap relevan sesuai perkembangan Zaman, kurukulum
juga dapat kenyataan yang terjadi didalam kelas, kurikulum dalam arti ini tak
mungkin dapat direncanakan sepenuhnya, karna interaksi dalam kelas selalu
timbul hal-hal yang spontan yang tak dpat diramalkan sebelumnya.
Dalam
hal ini guru memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pengembang
kurikulum dalam kelas itu sendiri, agar kurikulum dapat dipandang sebagai
cetusa jiwa pendidika yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai
tertinggi dalam rangka pembentukan kelakuan peserta didik, kurikulum ini sangat
erat dengan kepribadian guru. Kurikulum formal mengubah pedaoman kurikulum
relatif lebih terbatas dati pada kurikulum yang ril.
Kurikulum
riil bukan sekedar buku pedoman, melainkan segala sesuatu yang dialami anak
dalam kelas, runag olahraga, warung sekolah, tempat bermain, dll. Mengubah
kurikulum berarti mengubah semua yang terlibat didalamnya yaitu guru, peserta
didik, keala sekolah, pengawas sekolah, orang tua, dan masyarat umumnya yang
berkepentingan dalam urusan sekolah.
·
Jenis-jenis
perubahan
Kurikulum
pasti mengalami perubahan sesuai perkemnbangn Zaman dan kebutuhan manusia
namaun tidak selamanya perubahan bersifat sama, Brikut adalah perubahan
kurikulum :
1. Perubahan
kurikulum sebagian
Perubahan
kurikulum yang hanya terjadi pada kompenen tertentu saja dan tidak mempengaruhi
komponenten yang lain , contohnya, pemanbahan satu mata pelajaran tidak akan
mempengaruhi metode mengajar.
2. Perubahan
menyeluruh
Perubahan keseluruhan
sistem kurikulum mengalami perubahan yang tergambar jelas dalam tujuannya .
·
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kurikulum
Bebasnya
sejuamlah wilayah tertentu didunia, dalam kekuasaan kaum kolonialis dan
merdekanya negara-negara tersebut mereka menyadari bahwa selama ini mereka
dibina dalam pendidikan yang tidak sesuai lagi dengan cita-cita nasional untuk
itumereka mulia merencanakan memnaggadakan perubahan yang cukup penting dalam
kurikulum dan sisitem pendidikan yang ada, kita dapat melihat perubahan
kurikulum mas penjajahan dan masa kemerdekaan semua itu menyesuaikan dengan
keadaan jaman dan kebutuhan manusianya.
Perkembangan
IPTEK yang pesat disatu pihak berkembangnya dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan
yang diajarkan disekolah,perkembangan dalam ilmu pengetahuan psikologi
komunikasi dan lain-lain menghasilkan cara-cara baru dalam peoses
belajar-mengajar. Pertembuhan yang pesat dari pendidik dunia, dengan
bertambahnya penduduk, maka makin bertambah pula jumlah orang dalam dunia
pendidikan hal ini menyebabkan bahwa pendekatan yang digunakan selama ini dalam
pendidikan perlu ditinjau kembali dan kalua perlu di ubah untuk memenuhi
kebutuhan akan pendidikan yang besar, tujan pendidikan dapat berubah secara
punda mental bila suatu negara beralih dari negara yang dijajah menjadi negara
merdeka.
·
Kesulitan
dalam perubahan kurikulum
Mengadakan pembaharuan memerlukan
pemikiran dan tenaga yang lebiha banyak, tidak semua orang bekerja lebih banyak
dari pada yang diperlukan bahwa guru=-guru tidak mendapat kesempatan dan
wewenang untuk mengadakan perubahan karna pengaturan-pengaturan
administratif. Guru itu hanya diharapkan
mengikuti instruksi atasan dalam pembaharuan kurikulum ternyata bahwa mencetus
ide-ide lebih mudah dari pada menerapkannya dalam praktek, bersifat kritis
terhadap pembaharuan kurikulum adalah sifat yang sangat diperlukan karena
pembaharuan bukan hanya sekedar pada mode yang timbul pada suatu saat untuk
lenyap lagi dalam waktu yang tidak sama.
·
Strategi
kepemimpinan dalam perubahan kurikulum
Strategi
yang dimaksud adalah sebuah serangkaian rencana dalam usaha pencapaina tujuan
dalam perubahan kurikulum, untuk mengubaha kurikulum dapat di ikutu dengan
startegi :
a) Mengubah
seluruh sisitem pendidikan yang hanya dapat dilakukan oleh pusat yakni
deptdikbud karena mempunyai wewenag penuh untuk mengadakan perubahan kurikulum
secara total
b) Mengubah
kurikulum tingkat lokal, kurikulum yang nyata, riil yang terdapat dimana guru
dan peserta didik itu berada yakni disekolah kususnya dalam kelas, semakin
kreatif seorang guru dalam menghadapi permasalahan maka semakin hidup pula
hidup pula kurikulum yang di Implementasikan didalam kelas dan begitu
sebaliknya, pelaksaan kurilukulum didalam kelas terhadap peserta didik yang
berbada oleh karena itu guru dituntut untuk memmiliki pengalaman dan wawasan
yng luas untuk merangkul semua peserta didik ddan menyesuaikan diri dengan
mudah.
c) Memberika
pendidikan inservice dan pengembangan staf
Inservica training
dianggap lebih formal dengan rencana yang lebih ketata dan dilaksakan atas
intruksi atasan, pengembangan staf lebih tak formal, lebih bebas dangan
penyesuainay terhadap guru, mis: dapat disuruh mengobservasi dan menilai
dirinya mengajar yan telah dividio tape, apa yang dipelajar dalam inservice dan
pengemabnagn staf handaknya
dipraktekkan.
d). Super visi,
tujuannya untuk membantu guru menadakan perbaikan dalam pengajaran, supervisi adalah memberi
pelayanan kepada guru untuk memperoleh proses belajar-mengajar yang lebih
efektif, apabila dirasa perlau maka pengawasa sekola dapat memberi demonstrasi
bagaimana caranya mempraktekkan
e.) reoeganisasi
sekolah,reoerganisasi diadakan manakala sekolah itu ingin merombak seluruh car
mendidik disekolah itu dengan menerima cara yang baru sama sekali, hal ini bisa
terjadi bila sekolah akan menjalankan tim teaching non grading metode unit,
open school dan lain sebagainya
f). Eksperimentasi dan
penilaian, kemajuan komunikasi dan transportasi membuka pendidikan kita bagi
berbagai pengaruh dibagian lain didunia ini, ciri khusus kemajuan ialah perubahan
dan perbaikan pendidikan disekolah, mencobakan metode atau bahan baru.pada
dasarnya setiap kurikulum baru diuji sebelum disebarkan disemua sekolah, resiko
perubahan kurikulum baru tanpa uji coba sangat besar resikonya dpata
memnghambutkan tanaga dan biaya banyak tanpa jaminan bahwa pembaharuan itu akan
membawa perbaikan sehingga sebelum semuanya terlanjur dan menyita banyak waktu,
tenaga, dan juga materi sebaiknya kurikulum yang akan diterapkan diperlukan
adanya ujicoba terlebih dahulu.
5.
Peranan Kurikulum Dalam Mengembangkan Pendidikan
Berkarakter Untuk Peserta Didik
Dalam praktek pendidikan nasional dewasa ini, terdapat
distorsi antara cita-cita pendidikan nasional dengan realitas sosial yang
terjadi. Berbagai fenomena nasional menunjukkan gejala-gejala yang
mengkhawatirkan terkait dengan karakter generasi dan elit bangsa. Hal yang
lebih mengkhawatir lagi adalah bahwa anomali karakter bangsa tersebut tidak
sedikit yang terjadi di dalam lingkungan pendidikan itu sendiri, bahkan
dilakukan oleh oknum pelaku pendidikan. Fenomena yang mengkhawatirkan tersebut
diantaranya dapat kita simak dari berita yang dipublikasikan berbagai media
seringkali membuat kita miris mendengarnya, perkelahian (sisiwa-siswa, siswa
guru, anak orang tua, siswa kepala sekolah), pergaulan bebas, siswa dan
mahasiswa terlibat kasus narkoba, remaja usia sekolah yang melakukan perbuatan
amoral, kebut-kebutan di jalanan yang dilakukan remaja usia sekolah,
menjamurnya geng motor yang beranggotakan remaja usia sekolah, siswa bermain di
pusat perbelanjaan pada saat jam pelajaran .
Indikator lain yang menunjukkan adanya gejala rusaknya
karakter generasi bangsa bisa dilihat dari praktek sopan santun siswa yang kini
sudah mulai memudar, diantaranya dapat dilihat dari cara berbicara sesama mereka,
prilakunya terhadap guru dan orangtua, baik di sekolah maupun di lingkungan
masyarakat, kata-kata kotor yang tidak sepantasnya diucapkan oleh anak
seusianya seringkali terlontar. Sikap ramah terhadap guru ketika bertemu dan
penuh hormat terhadap orangtua pun tampaknya sudah menjadi sesuatu yang sulit
ditemukan di kalangan anak usia sekolah dewasa ini. Anak-anak usia sekolah seringkali menggunakan bahasa yang jauh dari
tatanan nilai budaya masyarakat. Bahasa yang kerap digunakan tidak lagi menjadi
ciri dari sebuah bangsa yang menjunjung tinggi etika dan ke lemah lembutan.
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi
daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu, kurikulum
memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi
yang ada guna menunjang pengembangkan
potensi peserta didik menuju terbentuknya peserta didik yang cerdas otaknya,
lembut hatinya, dan terampil tangannya dalam hal-hal yang positi .
Kurikulum juga harus disusun dengan memperhatiukan aspek gejala sosial yang
berkembang (kontekstual), sehingga rancangan kurikulum memberikan dampak bagi
penyelesaian masalah-masalah yang berkembang di masyarakat seperti masalah
ruksaknya karakter bangsa sebagaimana diuraikan pada bagian pendahuluan.
Pendidikan karakter termasuk dalam sebuah pedagogi yang
memberikan penekanan pada nilai-nilai idealisme. Ia termasuk dalam pedagogi
idealis. Dalam perjalanan waktu, pedagogi yang sifatnya idealis ini pun
memberikan penekanan yang berbeda, terutama berkaitan dengan unsur nilai-nilai
yang menjadi agen pengubahan sejarah. Pendidikan karakter sebagai sebuah
pandangan pedagogi memberikan tiga matra penting setiap tindakan edukatif
maupun campur tangan internasional bagi sebuah kemajuan pendidikan. Mata ini
adalah individu, sosial, dan moral (Doni Koesoema (2007:143) . Oleh karena itu,
pembaruan dalam dunia pendidikan, serta penerapan program karakter dalam setiap
lembaga pendidikan tidak dapat melepaskan diri dari tiga matra ini, jika
pembaruan ini ingin disebut sebagai sebuah pembaruan yang integral.
Pendidikan berbasis karakter apa pun yang diterapkan di
dalam sekolah tidak dapat melepaskan diri dari konteksnya yang lebih luas,
terlebih struktur-struktur yang mempengaruhi bagaimana seorang individu yang
terlibat dalam dunia pendidikan berperan sebagai subjek moral yang aktif.
Fungsi Kurikulum
Terdapat sejumlah fungsi kurikulum yang dapat dikaji sebagai
berikut:
1.
Fungsi Penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifar well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial.
2. Fungsi Integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada
dasarnya merupakan anggota dan bagian integral masyarakat.ke jenjang yang lebih tinggi.
3. Fungsi Diferensiasi
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus
mampu memberikan layanan terhadap perbedaan individu
siswa. Setiap siswa memiliki perbedaan baik dari aspek fisik maupun psikis.
4. Fungsi Persiapan
Mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan harus mampu memprsiapkan siswa melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang
lebih
tinggi.
5. Fungsi Pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih
program-program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya. Fungsi
pemilihan ini sangat erat kaitannya dengan fungsi diferensiasi karena pengakuan atas
adanya perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut untuk memilih apa yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.
6. Fungsi Diagnostik
Fungsi diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat
memahami dan menerima potensi dan kelemahan-kelemahan yang ada pada
dirinya. Maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya
Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah atau madrasah memiliki
peranan yang sangat strategis
dan menentukan pencapaian tujuan pendiidikan.
Terdapat tiga peranan yang dinilai sangat penting yaitu:
1.
Peranan konservatif:
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum dapat dijadikan sebagai sarana utuk mentransmisikan nilai-nilai warisan budaya yang dianggap masih
relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa.
2.
Peranan kreatif: Peranan kreatif menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang.
3.
Peranan kritis dan evaluatif:
Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan
kondisi yang terjadi pada masa sekarang.
Pengembangan
Kurikulum Berbasis Pendidikan Karakter
Kurikulum dapat dimaknai sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu. Pengembangan
kurikulum hendaknya memperhatikan beberapa prinsip pengembangan sebagai
berikut:
- Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasakan perinsip bahwa peserta
didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pecapaian tujuan tersebut
pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan
lingkungan.
- Beragam dan terpadu
Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adar istiadat,
status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi
substansi koponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri
secara terpadu, serta disusun dan keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna
dan tepat antarasubtansi.
- Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.semangat dan dan
isi kurikulum, memberkan pengalaman belajar
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembanan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
- Relevan dengan kebutuhan kehidupan
Pengembangan
kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan
(strakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan,
termasik di dalamnya kehidupan kemasyarakaran, dunia usaha dalam dunia kerja.
- Menyeluruh dan berkesinambungan
Substansi
kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan
mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsesama jenjang pendidikan.
- Belajar sepanjang hayat
Kurikulum
diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta
didik yang berlangsung sepanjang hayat.
- Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah
untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
DAFTAR
PUSTAKA